Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Bapak Arius Zega, SH.,MH (Ketua Tim Pelestarian dan Pemugaran Situs Gowe Balugu Zega Ana'a dan Balugu Zega Helesororomi), Semoga Keluarga Yang Ditinggalkan Diberi Penghiburan

Asal Mula Gowe Balugu Zega Ana’a dan Balugu Zega Helesörömi

Gowe adalah sejenis tugu batu yang didirikan oleh manusia, di Kepulauan Nias pendirian gowe dilakukan sebagai tandra pelaksanaan pesta adat (fangowasa) dalam upaya menaikkan strata (Bosi) kedukukan sebagai pemimpin adat dalam masyarakat, dalam upaya mendapatkan gelar kebangsawanan (fa’abalugu). 

Mendirikan tugu batu (fanaru’ö Gowe) merupakan budaya di Kepulauan Nias sejak jaman dulu yang sangat sakral, yang merupakan bukti peradaban sejarah para leluhur yang masih bisa dilihat oleh generasi-generasi berikutnya. Dengan demikian Gowe merupakan warisan para leluhur yang sangat berharga karena memiliki nilai sejarah peradaban manusia pada masa lalu dan perlu dilestarikan keberadaannya.

Gowe Balugu ZEGA ANA’A dan Balugu ZEGA HELE SÖRÖMI adalah warisan atau peninggalan leluhur Marga ZEGA yang merupakan bukti sejarah pada masa lalu, yang masih tersisa dan berada di wilayah Desa Tetehösi Afia Kecamatan Gunungsitoli Utara Kota Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara berada di titik koodinat: Lintang : 1°21'31.97"U, Bujur : 97°31'33.05"T. 

Balugu ZEGA ANA’A dan Balugu ZEGA HELESÖRÖMI adalah dua orang bersaudara leluhur marga ZEGA. Sebelumnya mereka masing-masing bernama: SEGA yang sulung (Sia’a) dan HELE yang bungsu (siakhi). Mereka salah satu kelompok masyarakat diantara empat kelompok (Si’öfa börö danömö/Si’öfa ngawawa) yang pindah dari Pemukiman/Kampung Laraga, Talunidanoi pada tahun 1630 mereka menuju arah utara menyusur pantai dan sampai mereka di suatu bukit yang mereka namai Hili Dora’a (posisinya saat ini termasuk wilayah Kecamatan Gunungsitoli Utara).

Keempat kelompok itu ialah:

1. Kelompok SEGA dan HELE (Leluhur marga ZEGA);
2. Kelompok Leluhur marga ZILIWU;
3. Kelompok Leluhur marga DAWÖLÖ; dan
4. Kelompok Leluhur marga MENDRÖFA.

Empat kelompok ini mendirikan pondok di Hili Dora’a, dan mereka mendiami daerah itu hanya sekitar ± 2 (dua) tahun lamanya, tapi mereka nilai tidak nyaman bermukim di bukit itu karena banyak hama ternak seperti musang dan kepiting darat. Namun sebelum mereka berpisah meninggalkan tempat itu, pada tahun 1632 keempat pemimpin kelompok itu menyepakati untuk membuat Fondakö yang mereka namai FONDRAKÖ HOLI DORA’A, tujuannya menyederhanakan kewajiban masyarakat dalam adat, dari Fondrakö Laraga Talunidanoi yang telah dibuat sebelumnya di daerah asal mereka.

Pada tahun 1632 keempat kelompok itu yang dikoordinir oleh masing-masing ketua kelompoknya serentak meninggalkan Hili Dora’a menuju suatu bukit gunung yang mereka pilih masing-masing, yang jaraknya tidak begitu jauh satu sama lain, yang dapat terdengar bunyi kentongan atau bunyi gong. Kelompok SEGA dan HELE menuju suatu bukit di seberang sungai Afia di ujung dataran luas. Mereka mendirikan pondok di bukit itu dan bukit itu mereka namai Hili Gafia sebab di tempat itu banyak terdapat afia sejenis tumbuhan yang daunnya sangat harum.

Di wilayah itu dua keluarga ini membuka lahan pertanian dalam bentuk ladang dan persawahan, dan di sana mereka bercocok tanam serta memelihara ternak (lalau mangahalö). Setelah ± 12 tahun kemudian setelah mereka memiliki harta yang banyak berupa berbagai ternak seperti babi, anjing, ayam, dan lain-lain, telah memiliki padi yang bayak, emas dan perak, serta harta yang lain, mereka melaksanakan pesta adat (owasa) mendirikan kampung di tempat itu. 

Berikutnya mereka mendirikan/ membangun rumah tradisional (Omo Hada) yang selalu diresmikan dengan melaksanakan pesta adat (owasa), kemudian mereka menempa perhiasan emas dan pakaian kebesaran untuk keluarga mereka dengan melaksanakan pesta adat (owasa). Selanjutnya pada tahun 1644 kedua leluhur marga ZEGA itu mendirikan tugu batu (Gowe) dan pada saat itu mereka membuat pesta adat yang besar (mamalua Owasa sebua). Mereka berdua diberi Gelar Kebangsawanan (Töi wa’abalugu), masing-masing sebagai berikut: 

SEGA yang sulung bergelar Balugu ZEGA ANA’A, sebagai ketua adat (Sanuhe), dan HELE yang bungsu bergelar Balugu ZEGA HELESÖRÖMI, sebagai wakil ketua adat (Tambalina). 

Sejak saat itu seluruh keturunan dari kedua leluhur ini yang menyebar di berbagai wilayah, mereka bermarga ZEGA sampai sekarang. Tugu batu (gowe) yang dirikan oleh kedua leluhur itu merupakan batu alam pilihan yang terdiri dari beberapa batu dan memiliki berbagai bentuk, ukuran sebagai berikut:

1. Memanjang seperti pilar yang berdiri dan sebagian tertanam dalam tanah, sebanyak dua batang, dengan ukuran sebagai berikut:

  • Yang tertinggi berukuran: panjang total ± 340 cm (diatas permukaan tanah ± 240 cm, dan tertanam ± 100 cm), lebar ± 50 cm, tebal ± 45 cm. Kondisinya sebagian sudah patah dan patahan itu berukuran panjang sekitar ± 170 cm, akibat bencana alam gempa bumi dahsat beberapa kali pada masa lalu, dan posisi patahan itu tergeletak di samping.
  • Yang terpendek berukuran: panjang total ± 200 cm (diatas permukaan tanah ± 115 cm, dan tertanam ± 85 cm), lebar ± 50 cm, tebal ± 30 cm, ujungnya agak meruncing, keadaan masih utuh berdiri.

2. Melebar seperti meja, terdiri dari dua buah, dengan ukuran sebagai berikut:

  • Yang besar berukuran: panjang ± 170 cm, lebar ± 160 cm, tebal ± 25 cm. Kondisinya sudah miring ke arah depan, akibat bencana alam gempa bumi dahsyat beberapa kali pada masa lalu, dan sebagian tepinya nampak seperti ada bekas patahan.
  • Yang kecil berukuran: panjang ± 110 cm, lebar ± 80 cm, tebal ± 20 cm. Kondisinya datar, tapi sebagian tepinya nampak seperti ada bekas patahan, mungkin akibat bencana alam gempa bumi dahsyat beberapa kali pada masa lalu.

Tugu batu ini yang kemudian disebut “SITUS GOWE BALUGU ZEGA ANA’A dan BALUGU ZEGA HELESÖRÖMI” merupakan warisan budaya yang umurnya sampai saat ini sekitar ± 379 tahun, yang memiliki nilai sejarah, dan merupakan bukti identitas seluruh keturunan Marga ZEGA yang telah menyebar di berbagai pelosok di Kepulauan Nias, di luar Kepulauan Nias, bahkan ada yang berada di luar negeri.

(Seksi dokumentasi dan publikasi)

0 Komentar